IMAN YANG BERGANTUNG PADA KUASA TUHAN
Pada umumnya orang yang hadir dalam acara pertemuan ibadah cenderung memperhatikan pribadi pambicara dengan semua faktor lahiriah yang mendukung penyampaiannya, seperti cara berpakaian, indahnya rangkaian kata-kata, dinamika suara, bumbu humor, mimik wajah, susunan kotbahnya yang rapi dan lain sebagainya.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang menyampaikan berita dan yang mendengar, Rasul Paulus dalam I Korintus 2 : 1 – 5 memberikan tips keberhasilannya sebagai pembicara handal, yaitu :
1. Sebagai manusia yang bisa lemah, takut dan gemetar pada saat menghadapi pendengar, sebagai alat, dia sangat membutuhkan Tuhan dan dukungan orang lain. Dalam Efesus 6 : 19 – 22, Paulus minta para pendoa syafaat untuk mendoakan agar dia menerima pesan Tuhan (“Rhema”), keberanian dan kejelasan dalam pemberitaannya.
2. Sebagai alat Tuhan, dia memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada Kristus yang disalibkan baginya sehingga dia yakin, kehadiran-Nya membuatnya tahu keadaan yang terjadi. Itulah sebabnya, dia mengambil keputusan untuk tidak mau mengetahui apa-apa diantara para pendengarnya. Dia hanya mengandalkan pada tuntunan Roh Kudus.
3. Sebagai pelayan Kristus dia yakin akan demonstrasi Roh Kudus dan kuasa-Nya, bukan pada hikmat manusia.
Dengan ketiga hal diatas, Paulus ingin mengajar jemaat Kristus supaya iman mereka bergantung sepenuhnya pada kuasa Tuhan semata-mata.
BAHAN SHARING :
1. Berbeda dengan sikap Paulus, bagikan pengamatan kita terhadap sikap para pembicara dan pendengar dalam pertemuan ibadah.
2. Berdasarkan Ibrani 4 : 2,7 dan Matius 5 : 3, bagaimanakah sikap kita dalam mendengarkan firman Tuhan untuk memperoleh hasil yang baik ?
Pada umumnya orang yang hadir dalam acara pertemuan ibadah cenderung memperhatikan pribadi pambicara dengan semua faktor lahiriah yang mendukung penyampaiannya, seperti cara berpakaian, indahnya rangkaian kata-kata, dinamika suara, bumbu humor, mimik wajah, susunan kotbahnya yang rapi dan lain sebagainya.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang menyampaikan berita dan yang mendengar, Rasul Paulus dalam I Korintus 2 : 1 – 5 memberikan tips keberhasilannya sebagai pembicara handal, yaitu :
1. Sebagai manusia yang bisa lemah, takut dan gemetar pada saat menghadapi pendengar, sebagai alat, dia sangat membutuhkan Tuhan dan dukungan orang lain. Dalam Efesus 6 : 19 – 22, Paulus minta para pendoa syafaat untuk mendoakan agar dia menerima pesan Tuhan (“Rhema”), keberanian dan kejelasan dalam pemberitaannya.
2. Sebagai alat Tuhan, dia memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada Kristus yang disalibkan baginya sehingga dia yakin, kehadiran-Nya membuatnya tahu keadaan yang terjadi. Itulah sebabnya, dia mengambil keputusan untuk tidak mau mengetahui apa-apa diantara para pendengarnya. Dia hanya mengandalkan pada tuntunan Roh Kudus.
3. Sebagai pelayan Kristus dia yakin akan demonstrasi Roh Kudus dan kuasa-Nya, bukan pada hikmat manusia.
Dengan ketiga hal diatas, Paulus ingin mengajar jemaat Kristus supaya iman mereka bergantung sepenuhnya pada kuasa Tuhan semata-mata.
BAHAN SHARING :
1. Berbeda dengan sikap Paulus, bagikan pengamatan kita terhadap sikap para pembicara dan pendengar dalam pertemuan ibadah.
2. Berdasarkan Ibrani 4 : 2,7 dan Matius 5 : 3, bagaimanakah sikap kita dalam mendengarkan firman Tuhan untuk memperoleh hasil yang baik ?