GBI Ponorogo
Dalam peristiwa mukjizat bangkitnya Lazarus dari kematian dalam Yohanes 11:1-44, kita bisa melihat penghalang-penghalang mukjizat itu. Murid-murid yang diajak Yesus ke Yudea tempat Lazarus, Martha dan Maria tinggal, mengingatkan peristiwa yang terjadi sebelumnya bahwa Yesus mau di lempari batu. Mereka mengalami ketakutan traumatis. Pada waktu Yesus menyatakan Lazarus tidur, murid-murid paham itu soal yang mudah. Namun bila Lazarus mati, mereka menjadi bimbang. Murid-murid membatasi kuasa Allah. Tomas memberikan pernyataan yang menunjukkan sikap hatinya yang pesimistis dan putus asa, “ Mari kita pergi untuk mati bersama Dia “. Pada waktu Martha mendengar bahwa yang percaya akan melihat kemuliaan Allah dan sekalipun mati akan di bangkitkan. Dengan sikapnya yang sok “ keminter “ dia berkata “ Aku tahu orang yang mati akan bangkit di akhir jaman. Dan lagi waktu Yesus mau membangkitkan Lazarus yang sudah mati 4 hari, dia berkomentar “ jangan, dia sudah busuk”. Jelas Martha adalah orang yang sok tahu dan hanya mengandalkan otaknya saja, bukan imannya. Pada waktu orang-orang Yahudi melihat Yesus menangis, mereka berkata “ lihatlah betapa Dia mengasihi Maria “, dan selanjutnya mengatakan, “ bisakah Dia yang memelekkan orang buta membangkitkan Lazarus ? Orang-orang ini hanya penonton saja. “ NDELOG, kendel alok “ demikianlah orang jawa mengatakan. Sikap-sikap demikianlah yang harus disingkirkan bila kita ingin melihat mukjizat terjadi. Sebaliknya, respon yang baik di tunjukkan oleh Maria yang tersungkur menyembah dan menangis walau pernyataan yang di berikan persis seperti yang di katakan Martha, “ Guru kalau Engkau ada disini, adikku tidak akan mati, “ dengan sikap hati yang berbeda. Tangisan yang keluar dari hati yang berbelas kasihan dan iman yang tulus menggetarkan hati Yesus. Respon selanjutnya adalah mentaati perintah Yesus untuk menggulingkan batu dan melepaskan ikatan-ikatan yang membelenggu Lazarus. Terbuktilah apa yang dikatakan Yesus pasti terjadi. Lazarus bangkit secara mukjizat. Bila yang dikatakan Tuhan dalam bentuk visi / penglihatan, apakah yang harus kita lakukan ? Habakuk 2:1- 4 mengajarkan kita untuk : 1. Menuliskan penglihatan itu agar orang lalu lalang melihatnya. 2. Sabar menantikan visi itu menjadi kenyataan. 3. Tidak sombong, tetapi sebagai orang percaya berjalan dengan iman. BAHAN SHARING : 1. Penghalang apakah yang ada dalam diri kita yang harus disingkirkan ? 2. Dengan dipasangnya foto-foto burung garuda lambang negara Indonesia, Presiden Bambang Susilo Yudhoyono dan bapak Budiono sebagai wapres, apakah tindakan-tindakan selanjutnya yang harus kita lakukan ?
0 Responses

Posting Komentar