Semua novel
mempunyai klimaks. Biasanya klimaks itu terdapat pada bab yang terakhir. Banyak
novel memang asyik dibaca kalau klimaksnya tersimpan sebagai rahasia dan nanti
kita menemukannya sebagai kejutan. Tetapi ada juga novel yang lebih mudah
dimengerti kalau justru bab terakhirnya dulu yang kita baca.
Keempat kitab Injil adalah seperti
novel yang baru bisa dimengerti kalau dibaca mulai dari bab terakhirnya, yaitu
bab tentang Paskah. Kebangkitan Yesus adalah klimaks dari seluruh hidup Tuhan
Yesus. Tanpa membaca berita pembangkitan-Nya, kita sulit memahami arti
kelahiran, pekerjaan, pengajaran, penderitaan dan kematian Yesus.
Kitab-kitab Injil ditulis bukan
karena Yesus telah dilahirkan , melainkan karena Ia telah dibangkitkan. Dengan
lain kata , jika seandainya Yesus lahir dan mati, tetapi tidak dibangkitkan,
maka kitab-kitab Injil tidak akan ada. Itu berarti bahwa iman Kristen tidak
akan ada. Itu berarti bahwa iman Kristen tidak akan ada, dan Gereja Kristen
tidak akan berdiri.
Itulah yang dimaksudkan Paulus
ketika ia menulis, “ Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
Begitu pentingnya kebangkitan Yesus,
sehingga Gereja Purba menjadikan Paskah sebagai pusat perayaan-perayaan
Kristen. Bahkan sebelum tahun 313, Gereja hanya mengenal satu perayaan kristen,
yaitu Paskah.
Baru sesudah tahun 313, Gereja
mengenal perayaan Natal. Dalam perkembangan waktu, perayaan Natal makin lama
makin meriah. Kecenderungan itu membekas hingga kini.
Hal itu sebenarnya bukan persoalan.
Yang menjadi persoalan adalah kalau Gereja sekarang cenderung untuk
menganaktirikan Paskah jika dibandingkan dengan Natal. Kemeriahan menyambut
Paskah tampaknya tidak seimbang dengan kemeriahan menyambut Natal.
Coba Anda bandingkan . Dalam rangka
Natal ada begitu banyak kegiatan, bagaimana dalam rangka Paskah? Untuk Natal
ada anggaran belanja, apakah untuk Paskah anggarannya kira-kira sebanding
dengan itu ?
Juga perorangan dan
keluarga-keluarga menyambut Paskah jauh lebih sepi dari Natal. Coba saya
numpang tanya, berapa kartu ucapan selamat Natal Anda kirimkan dan Anda terima.
Tetapi pada hari Paskah, apakah Anda juga mengirimkan dan menerima kartu ucapan
selamat Paskah ? Anda benar, ternyata penerbit dan toko-toko buku Kristen pun
ikut-ikutan menganaktirikan Paskah.
Dalam hubungan ini dapat pula disinyalir
betapa sedikitnya tempat yang disediakan untuk Paskah dalam liturgi dan
khotbah. Padahal enam minggu sebelum Paskah adalah minggu-minggu Pra Paskah.
Dan tujuh minggu sesudah Paskah adalah minggu-minggu Paskah.
Enam minggu sebelum
dan tujuh minggu sesudah Paskah adalah mara raya. Gerejawi di mana peristiwa
kebangkitan Tuhan Yesus menjadi titik tolak penyorotan dalam liturgi dan
pemberitaan Firman.
Soalnya bukanlah bagaimana kita
mengurangi kemeriahan Natal, melainkan bagaimana menambahkan kemeriahan Paskah.
Bahkan, sebenarnya bukan menambahkan, melainkan memulihkan. Sebab pada awal
lahirnya Gereja, Paskah dirayakan sebagai pusat perayaan Kristen.
Harap
Anda jangan salah faham. Yang saya maksud dengan kemeriahan bukanlah pesta dan
bermewah-mewahan, melainkan keagungan dan kegembiraan.
Yang
sekarang diperlukan adalah kemauan melangkah untuk mengembalikan Paskah kepada
tempatnya yang semula, yaitu sebagai pusat perayaan Gereja.
BAHAN
SHARING:
1. Apakah yang
harus kita lakukan dengan adanya ketidakseimbangan antara
Paskah dan Natal?
Posting Komentar