GBI Ponorogo
Seorang anak pada waktu ditanya petugas sensus di rumahnya tentang berapa jumlah orang yang ada di rumah,balik bertanya " siang atau  malam pak?" '" Apa bedanya dik?" Dengan nada kesal, dia menjawab " siang dua malam empat. Siang aku sama pembantu, malam banget bapak dan ibuku baru nyusul.
"Lalu, agama kedua orang tuamu apa? " Dengan mencibir dia menjawab, " Yah..........mereka setahuku sudah dibaptis jadi kristen, tapi kok begitu ya?." Dari dialog tersebut, kita bisa membaca adanya konflik rumah tangga dan juga  berbagai  komunitas lain  seperti negara kita ,Ormas, organisasi gereja, dan paguyuban paguyuban -  yang ada.
Untuk mengatasi konflik di tiap komunitas, Yesus memberikan solusi cerdas dengan mengatakan "diberkatilah orang yang menjadi juru damai, karena mereka akan disebut sebagai anak- anak Allah."   yang tertulis dalam Matius 5 : 9 ,  dan dibutuhkan hikmat ya ng bisa kita minta kepada Tuhan yang memberikannya dengan murah hati dan tidak pernah mengungkit-ungkit ( Yakobus 1 : 5 ).
Untuk mengaplikasikan tindakan sebagai juru damai, yang sangat penting adalah memahami arti hikmat seperti yang dikatakan dalam Yakobus 3 :13 , 17   bahwa ciri – ciri hikmat adalah : kelembutan, murni / motivasi benar, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah – buah yang baik, tidak memihak, tidak munafik
.
Bahan sharing :
1. Berdasarkan pemahaman arti hikmat dalam Yakobus 3 : 13 - 17,
   berikan contoh dari yang kita lihat atau yang kita alami 
   bagaimana seorang yang berhikmat memberikan solusi bagi

   konflik yang ada !
GBI Ponorogo
“ Hati bagi Allah
dan
belas kasihan bagi sesama.”
( Matius 1 : 18 – 25 )

Yusuf adalah salah seorang tokoh Alkitab yang mempunyai karakter mengagumkan. Mengikuti tradisi orang Yahudi, ia telah bertunangan yang akan mengikatnya menuju pernikahan. Banyak ahli Alkitab mengasumsikan bahwa Yusuf adalah seorang yang sudah cukup umur.
Sesudah bertunangan, Maria tinggal bersama orang tuanya sampai cukup usia untuk menikah, kemudian pindah ke rumah Yusuf. Ketika Yusuf mengetahui Maria hamil, ia memperlihatkan belas kasihan yang luar biasa. Ia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum meskipun hatinya sakit dan telah dikhianati, ia bermaksud menceraikan istrinya diam-diam. Matius menyebut Yusuf sebagai orang yang benar (terjemahan yang lebih tepat daripada tulus hati). Mengapa? Menurut hukum Taurat, hukuman untuk perzinahan adalah dilempari batu hingga mati. Apakah tindakan Yusuf terhadap Maria dapat dikatakan benar? Tidakkah ia benar jika menuntut Maria dihukum sesuai dengan hukum Taurat? Jawabannya terletak pada fakta bahwa `benar' dalam Perjanjian Lama adalah sesuai dengan hati Allah dan hukum-Nya. Bahkan Saul pun menyadari bahwa kemurahan hati lebih mendemonstrasikan kebenaran daripada kaku mengikuti hukum yang berlaku ketika ia menangis kepada Daud, “ Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu ( I samuel 24 : 18 ). Yusuf menerapkan prinsip ini. Meskipun ia menganggap Maria sudah memperlakukan dia tidak baik, ia tetap akan memperlakukan Maria dengan baik. Karena itu secara rohani dan jasmani, Yusuf adalah anak Daud yang sejati ( Matius 1 : 20 ).

Perjanjian Baru tidak banyak berbicara tentang Yusuf kecuali yang tercatat dalam kitab ini. Yusuf adalah seorang manusia seperti nenek moyangnya - yaitu Daud - yang mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang besar untuk sesamanya.'