GBI Ponorogo
Berdasarkan Mazmur 112:1-4, rahasia keluarga yang diberkati adalah peranan pria sebagai pemimpin keluarga yang takut akan Tuhan dan sangat mencintai Firman Tuhan. Bila ketiga hal ini dilakukan, hasilnya adalah anak cucunya perkasa di bumi dan diberkati; harta dan kekayaan ada dalam rumahnya; kebenarannya tetap selamanya, dan akan terbit terang pada masa kegelapan.                       
Namun harus diakui bahwa tidak jarang, kenyataan yang ada bertolak belakang dengan janji Tuhan dan harapan. Dua contoh yang terjadi baru-baru ini bisa menjadi bukti: Sebuah gereja besar di Jateng terbelah menjadi dua, karena pertentangan antara ibu dan anak setelah ditinggal mati  kepala rumah tangga, dan gereja besar yang lain di jatim yang mengalami banyak pertentangan dalam rumah tangga juga harus menghadapi eksekusi. Inilah kenyataan yang terjadi dan harus diantisipasi.                       
Berkaitan dengan sikap takut akan Tuhan yang mengandung pengertian tidak sombong, masing-masing pihak yang bertentangan harus benar-benar memahami bahwa di satu sisi, pihak yang dipimpin harus berada pada sikap tunduk pada otoritas, baik penatua maupun pada Allah sendiri, dan di sisi yang lain yang memimpin harus bersikap seperti Kristus, tidak suka bertengkar, ramah, sabar, cakap mengajar dan dengan lembut menuntun orang yang suka melawan. Bila tidak ada kerendahan hati pada dua belah pihak, yang diuntungkan  adalah iblis. Iblis dan kawan-kawan yang diusir tidak akan lari dan jerat mereka akan mencengkram yang bertentangan. ( baca baik-baik, 1 Petrus 5:5-9 dan 2 Tim.2:23-26 )                        
peperangan rohani yang berkecamuk harus dimenangkan oleh pihak pengikut Kristus dengan mengenakan selengkap senjata Allah.                       
Untuk bisa mampu mengaplikasikan kasih dalam kehidupan berumah tangga, ada baiknya tulisan Dr. Norman Wright tentang 23 pedoman berkomunikasi dibawah perlu dipelajari, dipahami dan dilakukan untuk memperoleh berkat dalam rumah tangga:
23 Pedoman Berkomunikasi
Di bawah ini adalah beberapa pedoman dalam berkomunikasi. Bacalah dan kemudian buatlah komitmen pada diri sendiri untuk mengikuti pedoman-pedoman ini saat Anda menikah.
 1.    Berilah salam kepada pasangan Anda setelah berpisah (meski mungkin hanya untuk beberapa jam ) dengan senyuman, kata-kata yang menyenangkan seperti salam kangen, sentuhan dan ciuman, kata-kata pujian, humor, atau cerita tentang pengalaman yang menarik atau keberhasilan yang dicapai dalam sehari itu.
 2.    Sisihkan waktu untuk transisi setelah pulang bekerja atau setelah mengadakan kegiatan yang menimbulkan stres dan sepanjang sisa hari itu. Masa transisi ini dapat menjadi saat untuk menurunkan ketegangan ” sehingga segala stres, frustasi, kelelahan, kemarahan, atau kecemasan yang mungkin ada tidak terlalu memengaruhi komunikasi dalam pernikahan. Sebagian orang memanjatkan doa dalam perjalanan pulang dan menyerahkan seluruh kegiatan hari itu kepada Tuhan. Lainnya membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadap setiap anggota keluarganya. Ada pasangan yang membutuhkan sekitar 20 menit sesampainya di rumah untuk duduk tenang di sebuah ruangan yang remang-remang sambil mendengarkan musik atau lagu-lagu favoritnya tanpa banyak bicara.
 3.    Jangan sekali-kali mendiskusikan masalah-masalah penting atau serius yang membutuhkan persetujuan bersama saat Anda atau pasangan Anda dalam keadaan sangat lelah, emosional, tertekan, terluka, atau sakit.
 4.    Sisihkan waktu khusus yang disepakati bersama setiap hari untuk membahas hal-hal yang membutuhkan pengambilan keputusan, urusan keluarga, perbedaan pendapat, dan berbagai masalah. Saat-saat ini dapat menjadi arena diskusi yang santai tanpa ganguan. Sebaiknya tak ada kegiatan lain seperti makan, mengemudi, atau nonton televisi. Jika perlu, matikan tetepon. Menentukan batas waktu mungkin juga dapat membantu.
 5.    Sebagian pasangan merasa terbantu dengan menyimpan dulu segala keluhan, kekecewaan, dan konflik dalam pernikahan mereka, dan mengemukakannya pada waktu khusus. Catatlah setiap permasalahan yang muncul. Dan, saat Anda mengemukakan persoalan atau keluhan, ungkapkanlah secara jelas apa yang Anda inginkan dari pasangan Anda. Apakah Anda ingin marah, membela diri, menolak, atau membuat masalah berlanjut ? Atau ingin keterbukaan, kerja sama, dan beberapa perubahan dalam diri pasangan Anda ? Ingatlah selalu bahwa pendekatan yang Anda pilih memengaruhi respons pasangan Anda.
Contoh : “ Kelihatannya kamu tak terlalu akrab dengan anak-anak. ”
Lebih baik berkata : “ Aku menghargai waktu yang kau sisihkan untuk bersama anak-anak, demikian juga mereka. Aku tahu banyak hal yang harus kamu lakukan, tetapi kami sangat menghargai jika kamu bersedia mengatur lagi jadwalmu, sehingga kau dapat lebih banyak meluangkan waktu bersama mereka. ”
Contoh : “ Kamu tidak romantis. ”
Lebih baik berkata : “ Aku menikmati saat-saat kamu menyentuhku. Aku akan lebih senang lagi jika kamu menyentuh dan memelukku beberapa kali dalam sehari dan mengatakan bahwa kamu suka dengan hal-hal yang kukerjakan. ”
Pengakuan dan pujian atas perbuatan pasangan kita amat penting untuk menumbuhkan perasaan berharga dalam dirinya. Hal ini juga dapat membuat orang terbuka untuk menerima kritik yang membangun. 
 6.    Dalam mengambil keputusan, berusahalah untuk mencapai pemecahan yang terarah.
 7.    Sisihkan waktu, sedapat mungkin setiap hari, untuk mengadakan percakapan ringan. Topik-topiknya bisa berkisar tentang pengalaman masing-masing pada hari itu atau hari lain, rencana atau pendapat pribadi yang tak saling bertentangan, mengenai keluarga, atau hal-hal lain.
 8.    Setiap orang harus punya tanda khusus untuk “ mengalihkan ” topik pembicaaran, dengan demikian menyadarkan pasangan Anda agar menghentikan topik yang mengundang perdebatan. Tanda ini dapat berupa ungkapan atau kata-kata netral yang dapat Anda berdua terima.
    9.    Jangan menyalahkan pasangan Anda. Simpan dulu segala keluhan dan usulan perubahan sampai tiba waktu khusus untuk berbicara.
   10.   Tetaplah pada topik yang dibicarakan sampai setiap orang mendapat kesempatan berbicara.
   11.   Hindari pembicaraan tentang sesuatu yang terjadi di masa lalu atau apa yang mungkin terjadi di masa depan jika hal itu memicu perdebatan.
   12.   Bicaralah dengan jelas dan terarah. Hindari berbagai pernyataan yang berlebihan atau terlalu umum.
   13.   Akuilah pernyataan penting dari pasangan Anda dengan kata-kata seperti “ Oh, begitu,” “ Aku tahu,” “ Ya,” “ Ehm-hm.”
   14.   Usahakan agar bahasa nonverbal Anda selaras dengan kata-kata yang Anda ucapkan. Jangan menyatakan pujian dengan muka masam dan kerutan di dahi atau suara tinggi. Tunjukkan ekspresi wajah yang menyenangkan.
   15.   Jelaskan seteliti mungkin objek atau peristiwa yang Anda ceritakan. Ingatlah, Anda sedang menjelaskannya dari sudut pandang Anda.
   16.   Pujilah pasangan Anda atas ucapannya yang membuat Anda senang. Gunakan kata-kata yang menurut Anda akan dihargai.
   17.   Bicarakan topik-topik yang disukai pasangan Anda. Jika ia tidak mengusulkan topik-topik yang Anda sukai, jangan ragu untuk menyatakan bahwa Anda bersedia mendiskusikan topik yang ia sukai itu lebih lanjut.
   18.   Jangan membesar-besarkan masalah. Jika Anda benar-benar ingin mengajukan sesuatu kepada pasangan Anda, tuliskan inti masalahnya dan simpan itu untuk saat khusus Anda berdua.
   19.   Jangan mencoba membaca pikiran atau menyatakan prasangka terhadap kata-kata yang diucapkan pasangan Anda.
   20.   Jangan berdebat hanya karena hal-hal sepele.
   21.   Jika tiba giliran Anda untuk memberi tanggapan, berilah tanggapan dengan sepenuh hati, tetapi tidak mengada-ada.
   22.   Ulangi apa yang dikatakan pasangan Anda jika Anda sulit memahaminya atau jika Anda merasa tak begitu menangkap maksudnya

   23.   Berilah dukungan satu sama lain dalam menerapkan pedoman ini. Pujilah pasangan Anda karena mengikuti kesepakatan yang ada.
0 Responses

Posting Komentar