GBI Ponorogo
" Membangun tahta Bapa Surgawi "

Dalam kitab Mazmur 22 : 4 yang berkata " Padahal Engkaulah yang kudus yang bertahta / bersemayam di atas puji - pujian orang Israel," kita perlu memahami bahwa pertama, Dia kudus adanya  ; kedua, Dia hadir diantara umat Nya yang juga hidup dalam kekudusan ( “ Jadilah kudus seperti Aku kudus adanya “. 1 Petrus 1 : 16 ), ketiga, Dia hadir pada saat umatNya menaikkan puji - pujian. Namun, harus kita benar - benar sadari berdasarkan terang firman Tuhan bahwa seringkali kita tidak merasakan kehadiranNya karena beberapa hal, pada saat kita menaikkan pujian bagi Dia.
1. Pujian tanpa pengenalan kepada yang dipuji.
Dalam kisah 17 : 23, dikisahkan pada saat Paulus berjalan berkeliling dan mengamati sebuah mezbah,diatasnya tertulis “ Kepada ilah yang tidak dikenal “. Saat itulah Paulus memberitakan Yesus sebagai Bapa surgawi dan Tuhan yang dia kenal dan harus dikenal. Pastikan bahwa yang kita kenal adalah Yesus  yang mati, bangkit pada hari ketiga, naik ke Surga dan membenarkan kita yang percaya kepada siapa kita memuji.
2.Pujian yang sia – sia.
          Matius 15 : 8 - 9 berkata" Bangsa ini mendekat kepada-Ku dengan mulut, dan dengan bibir mereka menghormati Aku,tetapi hati mereka menjauh dariKu dan mereka menyembah Ku dengan sia - sia, dengan mengajarkan ajaran dan perintah - perintah manusia. " Betapa banyak orang datang ke gereja ,pada saat memuji Tuhan hati mereka  bermasalah sehingga yang dipakai hanya mulut mereka. Dalam hati mereka mungkin masih ada akar pahit yang harus dicabut, luka batin yang harus disembuhkan ,dan ikatan - ikatan yang membelenggu  seperti ketidak mengertian akan pentingnya puji - pujian kususnya pada awal ibadah . Bandingkan dan renungkan bila seorang pejabat tinggi datang dalam sebuah pertemuan penting dan kursi bagi dia belum ada dan beberapa panitia pengurus datang terlambat. “ Bukankah lebih baik kita datang menunggu pejabat tersebut, apalagi Kristus sang tamu Agung daripada ditunggu ? “, kata seorang aktivis persekutuan pengusaha. Dan berbagai onak duri yang menghimpit seperti kekuatiran , tipu daya kekayaan dan kesenangan hidup berupa kesukaan mata, daging dan kesombongan. Akibatnya, mereka tidak bisa menikmati kuasa ibadah yang ada.
"Peraturan peraturan ini walaupun nampaknya penuh hikmat, dengan ibadah buatan sendiri,seperti merendahkan diri, menyiksa diri,tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi"
3. Pujian dalam ibadah buatan sendiri.
Kolose 2 : 23 berkata, “ Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri,  menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.” Kalau kita meneliti Kolose 2 :16 - 23, Paulus menekankan peribadahan yang berfokus pada Kristus, bukan pada hal makanan minuman yang dilarang, hari - hari tertentu,  pada ajaran sesat untuk beribadah pada malaikat, dan perintah dan ajaran manusia . Dalam beribadah, selanjutnya Paulus menasihati supaya kita mencari dan memikirkan hal hal yang diatas ,dan dalam hal memuji Dia kita perlu memuji Dia dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita. Sudahkah kita memuji Dia dengan cara ini?
4. Puji - pujian dengan lidah bercabang.
Yakobus 3 : 9 - 10 berkata, "Dengan lidah kira memuji Tuhan Bapa kita, dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Bapa surgawi kita, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara saudaraku,tidak boleh demikian terjadi."    Walau sering diajarkan bahwa hidup mati ditentukan oleh kata kata kita, hal ini mungkin belum diaplikasikan secara serius sampai kita menanggung akibat yang akan terjadi. Masih saja ada gosip, persungutan, kebencian yang keluar lewat lidah kita dan hal ini tidak akan membuat kita menyiapkan tahta bagi Yesus sang Raja. Kitab Kidung Agung 4 : 1 – 4 yang berkata , “  Lihatlah engkau, manisku, sungguh cantik engkau ! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya “, menggambarkan pujian Tuhan bagi umat-Nya yang berkenan di hati-Nya, khususnya pada saat menaikkan puji – pujian sebagai tahta-Nya.


0 Responses

Posting Komentar